Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

papah you'r king on my heart...










Beribu salam untuk yang menyayangi dan di sayangi

S

ebelumnya gue mau ngucapin makasih banyak dan makasih yang sebesar-besarnya buat mereka-mereka yang udah bikin hidup gue penuh cerita di penuh dengan beragam warna dan rasa, khusunya keluarga gue dan sahabat-sahabat gue yang selain memberi warna dalam hidup gue tapi juga mereka selalu menunjukan kemana dan bagaimana gue harus melangkah, haru memilih dan harus berpendirian teguh. Special thanks buat bokap gue yang selalu gue tunggu kedatangannya, yang selalu gue harapkan kehadirannya kembali, dan yang selalu gue tunggu dalam mimpi gue. beliau sosok ayah yang penuh kasih sayang, sosok ayah yang penuh wibawa, sabar dan menyimpan sejuta pertanyaan dalam aura hangatnya yang seolah merangkul siapapun dalam senyum simpulnya. Ya, beliaulah ayah yang selalu gue tunggu kehadirannya kembali di tengah-tengah hangatnya istana yang selalu mengirimkan pesan rindu kepadanya. “buat papah yang gue harap denger apa yang ada di hati gue dari saat gue mengetik huruf demi huruf dan terangkai padat mengikuti aliran air mata penuh kerinduan dan berharap kerinduan ini terkiri untuknya” this’s special thanks for u my dad:

“pah makasih, makasih papah udah menjadi sosok figure ayah yang sangat baik buat aku, kakak dan ade2, dan papah sudah sabar menghadapi kekeras kepalaan mamah yang aku sendiri tidak bisa sesabar papah. Makasih atas nasehat dan dukungannya, karna dari dulu yang selalu mensuport aku dalam bidang apapun adalah papah, yang selalu menahan aku untuk bertindak bodoh saat perasaan ini terselubungi kalut amarah dan sampai ku merasakan ada segelintir butiran air mata yang selalu papah tahan seolah memohon agar aku bersikap dewasa dalam menghadapi permasalahan memohon agar aku beristigfar untuk tidak bertindak bodoh dan mengingatkan aku bahwa ‘masih ada allah yang bisa Bantu kamu keluar dari masalah, ALLAH gak agak kasih kita cobaan yang melebihi batas kemampuan kita untuk mengatasinya, ok?’, papah yang selalu mengusap kepala kita(mom, kaka, aku, yuda, dan rado setiap kali papah melintas di depan kita), papah yang selalu menampakan mimik wajah kekanak-kanakannya saat melempar senyum pada kita, papah yang bagi ku selalu menjadi orang pertama dalam keluarga yang mengucapkan selamat ulangtahun, papah yang selalu mengerti akan perubahan sikap ku dan selalu melontarkan pertanyaan ‘kamu kenapa? Ada masalah? Cerita dong’.dan setiap kali ada konflik di dalam rumah, papah lah yang selalu menengahi, merangkul dan bukan menghakimi. Papah yang selalu memberi support besar terhadap aku begitupun kepada yang lainnya, selalu tersenyum di saat seharusnya papah tidak bisa tersenyum di saat seharusnya papah mengeluh sakit tapi selalu papah tahan dan meyakini hati papah untuk tidak merasakan sakit. Papah yang selalu menomor satukan keluarga dan masa depan anak dibanding kesehatannya sendiri. Papah yang gak pernah rela mengeluh sakit dengan alasan yang selalu sama ‘ngapain saya cek-up dokter??? Buang-buang duit, mahal pula. Kalo saya masuk rumah sakit dan sampe rawat inap, biaya sekolah anak-anak siapa yang ngebayarin? Yang penting buat saya tuh anak-anak bisa sukses, itu aja’ kalimat itu yang selalu aku simpan erat dan meyakinkan aku bahwa papah adalah sosok ayah yang berhati mulia. Makasih papah makasih banyak, ribuan salam hangat aku kirim untuk papah dari semua orang yang papah sayangi dan menyayangi papah. Dari ribuan kebaikan yang selalu melekat di hati papah, dari berjuta ketulusan yang selalu menjadi harta papah, berjuta kesabaran yang sudah menompang keputusasaan papah, keikhlasan papah yang udah mengunci papah dalam ketegaran dan berpendirian untuk terus berjalan lurus tanpa menzolim demi menghadap ALLAH swt yang selalu kental dalam hati papah. Jutaan doa selalu terurai hangat untuk seseorang yang tersayang dan menyayangi. Terus tersenyum pah, senyum dan hibur mamah yang selalu merasa kesepipan dan merindukan papah, beri senyuman untuknya agar bisa selalu tegar menerimas kepergian papah, beri senyuman juga kepada mereka yang merasa kehilangan papah, walaupun itu hanya terbayang dalam angan dan mimpi. Begitupun bahagia dari pada tidak, You’re the best dady.”

gue nggak ngerti sama perasaan gue yang masih belum bisa menahan pedih dan air mata yang selalu menetes saat baying dan nama papah terlintas di ruang maya gue. Padahal udah jelas-jelas gue bilang gue ikhlas nerima ini semua, dan gue bertutur dengan tegas penuh yakin baru deh gue boleh nyium beliau. gue nyium papah untuk terakhir kalinya sebelum kapas penutup seluruh wajahnya, sebelum kaffan putih membalut seluruh tubuhnya, dan sebelum tali terikat erat pada balutan kaffan.

Gue takut hati ini kurang ikhlas dan mungkin belum ikhlas, tapi gue belum bisa membedakan mana yang bisa di bilang ikhlas dalam masalah ini. Hati gue kalut, terselubungi penyesalan dan ribuan kesalahan yang sudah banyak gue lakukap kepada papah, dan aku pun udah nggak bisa nunjukin keinginan papah untuk melihat gue berhasil dengan apa yang udah menjadi jalan otak gue. Padahal gue berharap banget papah bisa ngeliat hasil dari dukungannya. Gue pengen buat papah yakin bahwa gue bisa, tapi sekarang? Apa gue masih bisa nunjukin itu nanti ke papah dan apa gue bisa melihat senyum papah yang di sertai rasa bangganya terhadap gue, apa gue masih bisa melihat itu?, dalam diary gue, gue slalu menuliskan ‘pah temenin aku sampai aku bisa bikin mamah papah bahagia, dampingin aku saat aku melangkah dewasa bombing aku saat aku ingin menjadi yang papah inginkan, restui aku saat aku melangkah lebih depan lagi.

Sudah lah semua itu memori menyedihkan tapi bukan akhir dari sebuah memory. Semua masih berjalan mengikuti waktu. Tapi gue mau memutar waktu untuk menengok kembali di mana saat gue masih di samping papah yang paling gue saying. Dan di saat gue memang sangat sedang butuh beliau, belajar untuk menjadi orang yang penuh kesejukan di jalan ALLAH seperti papah.







  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

puzzle








persahabat tuh seperti puzzle
menyatukan berkeping-keping pemikiran, memadukan bermacam-macam perbedaan, dan membaurkan berbagai karakteristik yang di dalm nya kadang bisa di terima dan kadang pula tidak bisa di terima..................kepingan itu sering membuat air mata dan kebahagiaan.
persahabatan seperti puzzle...di manapun mereka sekarang kemana pun mereka pergi, tetap di sini masih ada tempat terinndah yang ku seiakan untuk mereka


"MAKACIH YANG DAH MAU DAN NIAT BACA..............."




Menanti dan terus menanti

Hari semakin menghanyutkan waktu yang menjadi penantian ku untuk menuggu. Menunggu ayah yang kurasa memang benar-benar tidak akan kembali untuk menyembuhkan kerinduan ku dan keluarga yang setiap saat selalu meneteskan air mata penuh harapan. Isak tangis kadang takhenti mengalun indah bersamaan dengan lantunan doa sujud ku kepada alla SWT, beraharap salam rindu terkirimkan untuk beliau yang berbahagia di sana...........

Ku kirimkan rangkaian bunga dalam do’a, ku sertakan kartu ucapan dengan kata-kata terukir indah dengan sujud ku, dan ku persembah kan lagu rindu untuk seseorang yang tlah meninggalkan orang-orang yang mencintainya.

Sering kali ku ulang memory unik ayah semasa ia bersama ku...ku buka ulang peristiwa meengharukan ku di dampingi seorang ayah yang mengerti aku, yang merangkul aku, yang menompang kepedihanku, yang merangkulku dan bukan menghakimi......pernah ku berfikir saat ku tatap meja makan yang sunyi dan biasanya ayah bertengger menghabiskan cemilan-cemilan di meja makan tepat di kursi pojok kesukaannya berharap saat malam sepi ku mulai menggerayang, ada beliau yang duduk mengisi kekosongan meja makan. Banyak kejadian yang tak terlupakan dari sebuah meja makan yang di tinggalkan beliau untuk emngobati rasa kangen aku sekeluarga.......di meja makan nggak ada lagi ayah yang makan seadanya, mau makanan enak atau nggak enak beliau selalu mengatakan bahwa makanan itu paling enak.......beliau nggak banyak nuntut, mensyukuri apa yang telah ia dapatkan termaksud makan......nggak ada lagi ayah yang selalu duduk di pojok meja makan dengan tumpukan menu di atas piringnya. Nggak ada lagi ayah yang selalu minta aku masakin telor acak kesukaannya, ”biasanya aku masak telor kalo ibu sedang tidak di rumahaku sering nggak tga melihat wajah ayah kalo udah laper...”aduh gue nulis ini aja nangis.......keinget terus. Abis beliau lucu seh, selalu menampakan wajah kekanak-kanakannya dengan mengubah bentuk wajah menjadi aneh dan jelek”. Nggak ada lagi ayah yang selalu mencampurkan makanan dengan buah-buahan. Terakhir kali aku makan bareng di meja makan bareng beliau, aku inget banget waktu itu beliau makan nasi dan lauk seperti biasa, tapi tiba-tiba beliau membarengi suapannya dengan rambutan.

Beberapa hari sebelum beliau pergi, ayah berbincang serius dengan ibu di kamar dengan gaya bahasa yang tidak seperti biasanya. Lebih formal dan lembut, layaknya sepasang nkekasih yang sedang melepas rindunya.

mah, kamu cantik tau” ujar ayah saat itu sambil menggenggam tangan ibu erat. Ibu menepiskan pandangannya dari ayah tersipu malu. Seinget ibu, saat mereka pacaran nggak seserius itu obrolannya.

apaan sih kamu, kaya anak muda aja

ih...beneran. liat saya, nggak usah takut” ayah mencoba agar ibu tidak menundukkan kepalanya agar dapat menatap ayah lekat-lekatmah, liat saya! Tatap saya sepuas kamu” ayah terus meyakinkan ibu untuk menatapnya, menatap sepuasnya ”hey mah, sini tatap muka saya. Kamu tatap sepuas-puasnya

Saat itu ibu tak mengira bahwa itu detik-detik terakhir ayah untuk bercengkra,ma bersama iobu. Ibu menghiraukan dan pergi meninggalkan ayah di kamar. Sampai akhirnya terjawab apa maksud perkataan ayah, ibu menyesal mengapa tidak menatap ayah saat masih hidup untuk terakhir kalinya.


MALAM AIR MATA

Aku pulang dari kampus dan mendapati ayah sedang duduk santai di meja makan kursi pojok dekat kulkas besar.......kakinya yang di goyang-goyangkan dan tidak lupa menggayem makanan kecil di mulutnya. Tepat saat itu tanggal 08 januari ayah mendapatkan gaji yang tidak kami sadari itu adalah merupakan gajih terakhir beliau....kebiasaan keluargaku saat salah satu dari kami mendapatkan uang(gajih, arisan, warung untung besar, ulang tahun)pasti neraktir. Ayah mentraktir kami semua martabak manis dan martabak telor, yang merupakan cemilan kuliner kesukaan kami. Tapi ada yang lain saat itu. Biasanya ayah baru mau neraktir kalao keluarga kami sudah lengkap genap 6 anggota, malam itu ayah nggak nungguin kakak yang masih di kosan dan beliau bilangudah lah kita-kita aja dulu, papah mau makan martabak neh. Lagian ntar kalao kak ayu pulang papah beli lagiadik pertamaku pun bergegas membelikan martabak di pinggir jalan tempat langganan kami.

Kami menikmatinya dan sangat menikmatinya. Benar2 traktiran yang sangat berbeda hawanya. Di sana ayah terlihat sangat senang dan sama sekali tidak seperti orang yang menahan sakit. Senyumannya masih terpancar hangat untuk menghangatkan keluarga tercintanya. Saat itu aku bergadang untuk mengerjakan tugasku di komputer. Kebetulan komputer rumah berada di ruang tengah dan sangat berdekatan sekali dengan ruang TV tempat biasa ayah bergadang bahkan sering tidur di ruang tengah...aku masih ngobrol biasa dengan ayah malah ayah membantu aku dalam mengerjakan tugas.

Di sela-sela pekerjaan ku, aku bertanya kepada ayah tentang keikut sertaan ku pada seminar” yah, aku bolehkan ikut seminar subconsius”

”wah bagus tuh....ayah juga pernah ikut.......ya udah kamu ikut aja” responnya sangat baik dan bertolak belakang sekali dengan jawaban ibu yang selalu melarang aku untuk mengikuti kegiata positif apapun, yah maklumlah ibu punya jalan pemikiran yang berbeda denagn ayah. Ibu selalu berfikiran negatife dangegabah sedangkan ayah selalu berfikiran positif, tenang dan membiarkan aku untuk memilih sesuatu asalkan niat ku baik dan masih di bawah pengawasan ayah. ”kapan?” lanjutnya.

”lusa pah......tapi bayarin?”

”ya udah tenang aja, setiap ada kewgiatan itu kamu ikut dan papah yang bayarin”

”asikkkkkk”

malam itu aku masih bertengger di depan komputer sampai jam 11. dan aku teruskan belajar mata kuliah pronnc yang kebetulan besok di uaskan. Sampai jam 12 lewat ibu memanggil saya dengan suara yang terputus-putus. Aku bergegas turun dan melihan kondisi ayah yang sedang sakit. Kokoh iyus dan satpam berdatangan dan bergegas membawa ayah ke rumah sakit.

”siloam yah pah?” tanya mamah yang sudah mempercayai rumah sakit siloam dan papah pun pernah di rawat di sana

”jangan.........yang dekat aja saya cuman butuh oksigen”jawab ayah berusaha tenang


Ayah memilih rumah sakit terdekat yang jaraknya sangat dekat dengan rumah, rumah sakit itu masih baru, wajar ibu tidak mempercayai kualitasnya. Tapi sudahlah ini kemauaan ayah yang bersih keras tidak ingin melihat kami semua panic. Di tengah rasa sakitnya ayah masih berusaha tersenyum dan mengucapkan beberapa pesan.
“mah…maafin papah yah? Anak2 maafin papah yah?”ujar papah tegas. Mendengar ucapan itu mamah hamper saja tak berdaya. Mamah takut itu menjadi pesan terakhirnya. “pah jangan ngomong gitu”jawabku yang berusaha tabah melihat keadaan papah. Aku mengusap-usap punggung papah penuh air mata. Tapi papah langsung menyuruhku untuk menenangkan mamah dan jangan menghawatirkan papah”udah papah nggak kenapa-napa” ujar papah yang berusaha membuat ku tenang. Saat itu kedua adik w hanya bisa menangis dan tidak berani melihat papah merintih kesakitan….dan saat itu pula w langsung menelfon kakak w yang ngekos di Jakarta, berharap dia bisa dating. “hallo ka” “ada pa ta?” “ka, papah sakit, parah….ka pulang yah?” “w pulang sama sapa?” “lw ijin aja nma bu kos, dan lw minta tolong temen cowok lw. Lw jangan ngeteng” “yadah w usahain” Terdengar kakakpun sepertinya menahan tangisnya.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

GUE

GUE
apa ajah d jepret

1/2 puzzle

1/2 puzzle
sobat2 ku

this one or that one

this one or that one
ghita

gita dan benerannya

gita dan benerannya
naiz