Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

coffe break #cinta atau pelampiasan 1

#4
Seminggu sudah aufa menjalani persahabatnnya yang canggung, tanpa rutinitas ngumpul, tanpa weekend bareng dan sampai sekarangpun ia belum menceritakan permasalahannya yg terjadi. Dionpun tidak tahu sekarang aufa tinggal dimana dan dion tidak tahu apa masalah aufa apapun perubahan hidup yang aufa jalani dion tidak mengetahui samasekali. Dulu apapun yang aufa lakukan pasti dion tahu. Sekarang berubah, Dion hanya menjadi pencerita dan bukan menjadi pendengar bagi aufa ia sibuk dengan hari-harinya bersama ami, sibuk dengan cerita-cerita nggak penting tentang ami. Semua cerita itu membuatnya hanya terdiam dan makin sakit dan kadang tidak sengaja menangis. entah apa yang ia tangisi, sakit hati atau kehilangan sahabat. semua perasaan itu bimbang dan tak bisa ia pisahkan mana yang sakit hati dan mana yang merasa kehilangan sahabat.aufa hanya bisa membungkus hatinya dengan selimut tebal agar seolah dion merasa aufa merasakan kebahagiaan yang dia rasa. walau kenyataannya tidak sama sekali.
semenjak kejadian itu, aufa jadi sering tidak masuk kuliah. alesannya memang sangat wajar, ia sekarang banting tulang untuk hidupnya sendiri, dengan tinggal di sebuah kosan murah berukuran kecil. kali ini aufa benar-benar jatuh dan benar-benar sendirian.
ia bekerja di sebuah restoran yang lumayan berkelas tapi jabatannya di sana hanya sebagai pelayan restoran. di tempat ini aufa di tuntut untuk menjadi seseorang yg bukan aufa sebenarnya. ia harus memakai rok panjang yang menjadi salah satu seragam pelayan di restoran itu. awalnya ia tidak mau mengikuti peraturannya dan ia ingin mengadukan pada atasannya tapi ia merasa akan ada kabar buruk jika ia sampai mngatakan keprotesannya tentang seragam restoran itu. bisa jadi gajihnya di potong atau malah di pecat. nyari kerja sekarangkan nggak gampang. walaupun cuman jadi pelayan tetep ajah di lihat surat lamarannya, di tanya-tanya ini itu, padahal nggak kepake di prakter layan pelayanan.
awal kerja di sana ia selalu mendapat kesialan, memecahkan piring, menjatuhkan pesanan pelanggan, membuat keonaran dengan pelanggan karena ia memarahi pelanggan yang banyak maunya, sampai-sampai ia mendapat teguran dari atasa. bukan hanya teguran yang ia dapat, tp ia mendapat potongan gajih di gajih pertamanya nanti. mungkin ia tidak bisa kesal kepada atasannya karena keputusan memotong gaji lebih baik dari pada di pecat...
"kalo kerja jangan bengong! ntar piring bisa pecah terus setiap harinya" tegur seorang pelayan laki-laki yang ia tidak kenal. sudah hampir berminggu-minggu ia bekerja di situ tapi ia belom juga akrab dan mengenal teman-teman sesama pelayan. ia hanya mengenali bapak guntoro si penegur atau si mandornya restoran ini.
"ooo...siapa yang bengong?"
"lo tuh betah yah kerja di tempat rame tapi gg mau punya temen gitu biar kerjaannya bisa di barengin ngobrol gitu"
"..."
"ya udah kalo emang gg mau di ganggu. w cuman mau ingetin ajah" laki-laki itupun bergegas membalikan tubuhnya dan melangkah pergi.
"tunggu!" ujar aufa sambil mengelap tangannya yang kotor.
laki-laki itu membalikan tubuhnya sambil tersenyum "w adit"
"w.." gg sempat ia menyebut namanya adit langsung menyebut nama aufa.
"aufa kan?"
"kok tau?"
"ya iyalah w tahu, salah satu kewajiban karyawan sini kan haru memasang papan nama"
jawaban adit mebuat aua terlihat sebagai mahasiswa yang berprestasi di sekolah dan kampus tp terlihat bloon dan sangat bloon di depan adit. aufa hanya nyengir dan melanjutkan pekerjaannya menyusun makanan ke atas nampan yang siap di hidangkan kepada pemesan di meja nomor 04.
"w nganterin ini dulu yuah! makaseh udah mau ngaja w ngobrol"
'huft ada juga orang yang baik hati ama w. gg kaya karyawan yang laen bisanya cuman jutekin w ajah. emangnya ada yang salah gitu dari ke esoktikan muka w?' pikirnya sambil berjalan menghampiri meja nomor 4. saat ia menaruh makanan ke atas meja itu, tiba2 pelanggan baru duduk tepat di meja nomor 6 yang tidak jauh dr meja nomor 4. suara yang ia dengar sangat tidak asing. ya itu suara dion. aufa menoleh sebentar dan bergegas kembali ke dapur. di dengarnya dion memanggil nama aufa dengan ragu beberapa kali. tapi ia tidak menghiraukannya.
'pasti lagi sama si ami' gumamnya kesal dalam hati. "kenapa lo? kaya ketakutan gitu?" tegur adit yang mengagetkan aufa.
"duh dit ngagetin w ajah lo?"
"kenapa sih lo?"
"itu tadi ada orang gila..w takut ajah ama orang gila" jawabnya asal.
'mana boleh orang gila masuk restoran ini. ada-ada ajah nih aufa' gumam adit sabil tertawa kecil.
"kok ketawa?"
"gak...eh pulang bareng yuk. jam kerja lo hari ini kan sama kaya w"
setiap hari senin, kamis dan sabtu jadwal aufa memang gak sampe malam. bisa pulang jam 5 atau malah jam 4. "w lagi bete nih, kita gila-gilaan yuk"
"gila-gilaan gimana?"
"kita karokean.. mau yah?" ajak adit sambil memohon.
"tapi w..."
"w yang teraktir"
"kita kan baru kenal? gg enak w"
"lo ajah yg baru kenal w. w seh iudah kenal lo dari pertama lo kerja di sini..mau yah?"
"hmmmmm...y udah biar w enakan lo traktir karokean, dan w traktir makan? gimana?"
"okeh ntar w tunggu di depan resto yah"
dimulainya perkenalan instan ini dan membuat aufa sedikit mlupakan rutinitas membosankannya. yg biasanya pulang kerja langsung ke kosan dan ngebekem kaya nenek-nenek bosen idup. jam kerjanya pun selesai dan iapun bergegas menemui adit di depan restoran.
"faaa!" panggil adit.
aufa melongo, ia hampir tidak mengenali adit yang mengenakan motor gede dan style yang kurang cocok dengan pekerjaannya sebagai pelayan restoran.
"gak udah terpesna gitu dnk ama kegantengan w"
okeh adit memang ganteng tapi kekaguman aufa tiba-tiba luntur saat mengetahui adit punya sifat yang kepedean tingkat tinggi.
"ganteng gigi lo?" ejek aufa. belom sempat menaiki motor adit handphonenya berbunyi.
'dion?' gumamnya. dilihat di layar hapenya adalah telpon dr dion. 'angkat jangan?'
"angkat telpoinnya dulu gih, ntar klo nelpon di jalan bisa keberisikan" ujar adit sambil melepas helmnya.
"hallo, ada apa yon?"
"fa masa w tadi liat orng mirrrrrrrrip bgt ama lo di restoran, tpi dari belakang dowang mirip lo. gak tau deh dari depannya hahahahahahaha"
sekitar 5 menitan dion ngobrol panjang lebar di telpon dari masalah ia melihat orng yg mirip dengan aufa sampai obrolan saat mkan di restoran tadi.
"dari siapa?" tanya adit.
"temem w"
"ooo, ya udah yuk cabut, bete banget muka lo...kita seneng-seneneeeeeeeeeeeeg"
aufa hanya tertawa dan berharap malam ini menjadi malam pelepas penat

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

coffe break #kehilangan

#3
Setidaknya malam minggu ini ia bisa bertemu dion dan menceritakan semua masalahnya kemarin tapi sepertinya dion lebih memilih ami dibanding dirinya. Seharian dion smsan dengan aufa tapi aufa tidak mau buka mulut tentang masalahnya. Ia hanya ingin bertemu dion dan menceritakannya secara langsung. Tapi nihil sms dion menceritakan deg degannya dia ingin bertemu ami, rencana apa yang inigin ia bicarakan kepada ami nantinya, dan berbagai macam tentang bahagianya malam mingguan bersama ami. Hati aufa makin sakit. Masalah nya mulai bertumpuk di hati. Napasnya sesak dan airmata masih saja ia tahan. Cewek yang cukup tegar dan tidak gampang mengeluarkan air mata. Karena sudah banyak airmata yang ia habiskan. Saat ia tahu ayahnya selingkuh dan sering bertengkar dengan ibu, saat ayahnya memutuskan untuk memilih pergi dengan istri muda dari pada menjaga ibu dan aufa, dan saat mengetahui ibunya di fonis liver stadium akud dan meninggal setelah 1 minggu di ketahui penyakitnya.
Ia habiskan harinya penuh di kosan sambil menunggu panggilan dari salah satu resto mungil di jakarta. Ia melamar kerja di sana. 1 jam 2 jam 3 jam bahkan berjam-jam sampai larut malam ia habiskan dengan mendengarkan musik yang memutar lagu kesukaannya sambil menghayal tentang keterimanya ia bekerja. Memikirkan barang apa yang ingin ia beli dan meneraktir dion pada gajih pertamanya.
Jam menunjukan pukul 23:55 wib, aufa masih sayup-sayup menahan ngantuknya. Di tengah-tengah ketidurannya ia bermimpi bahwa ia berhenti kuliah. Cepat-cepat ia bangun ‘klo w berenti kuliah gimana yah?’ sempat terbesit di otaknya keinginan untuk berhenti dan bener-bener bekerja tetap untuk kebutuhan hidup yang sebatang kara ini.
Triiiinit
Dari : dion
Faaaaa senengnya hati w…malmingan bareng ami

Ia pun segera membales dengan setengah hati
Dari : ufa
Ooo
Dion cemberut melihat tanggapan sahabatnya yang membuatnya geregetan

Dari : dion
Gitu dowang?

Dari : ufa
Iye w seneng kok…terus kapan jadiannya?
‘sial kenapa w nanyain itu…bukannya jawabannya bikin w…akhhhhhhhhhhhh tau ah’ gumamnya menyalahkan jarinya yang mengetik seperti itu.

Dari : dion
Sabar lah sob..rencananya besok w mau ngajak dia jalan, dan w mau nembak dy…kecepetan sih. Tp dari pada di rebut orang duluan mendingan tindak cepat.


Aufa gak tahu lagi mau balas apa. Karena hari-harinya bersama dion akan hilang setelah dion mendapati ami. Malam minggu yang biasanya ia berdua dan ngabisin malam minggu di tempat-tempat kuliner. Dan hari minggu biasanya mereka ngabisin minggu bareng-bareng mungkin setelah besok ggak ada lagi istilah “malsob” (malam sobat) gak adalagi weekend bareng dion.
***

Senin yang membosankan, aufa berjalan gontai di koridor kampus. Dan tiba-tiba seseorang memukul pundaknya dari belakang. Dion, yah dion yang selalu membuat kejutan di pagi hari perkuliahan. Wajahnya sangat memancarkan kesenangan karena dari semalam ia meng SMSi aufa bahwa ia sedang gembira. Aufa menduga bahwa mereka sudah jadian dan pasti sudah jadian.
“tau gag lo fa?”
“udah jadian?
“ya ampun faaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa, indra ke-enem lo belajar dari siapa she? Pinter banget sobat w ini” ujarnya girang sambil mencubuti pipi aufa.
“sakit!” teriak aufa sambil menghindar dr cubitan dion.
“wuih…semalem itu yah #%$^&*(*)(^&&$” dion menceritakan panjang lebar adegan menegangkan dion dan ami,,,perjuangan dion menembak ami dan sebagainya. Tapi aufa hanya sedikit memerhatikan cerita dion, mungkin lebih tepatnya aufa tidak merespon. Aufa diam dan tidak menyadari bahwa dion mengakhiri ceritanya dengan tertawa.
“lhoh…tuh kan nggak nyimak” seru dion yang langsung kaget melihat air mata jatuh di pipi aufa…”kok nangis?”
“hah? Nggak kok w cuman bahagia ajah”
“bahagia kenapa lo”
‘bahagia karena tuhan udah memeberi jawabannya, jawaban atas semua pertanyaan w tentang perasaan lo ke w, apa lo merasakan hal yang sama ke w? ternyata hanya rasa kepedean w yang ngerasa bahwa lo sayang dan cinta sama w, ngerasa bahwa ami hanya perantara untuk mancing w cemburu, tp rasa kepedean w salah. Ternyata lo bener2 cinta sama ami…tuhaaaaaan tegarkan hamba jika memang dia bukan untuk hamba’ gumamnya. “eh dy bengong” lanjut dion yang tidak mendapatkan jawaban aufa.
“w nangis bahagia kale…”
“bahagia karena?”
“karena sobat w yang bernama dion akhirnya laku juga” aufa mengacak-ngacak rambutnya dan bergegas jalan mendahului dion sambil menahan air matanya lagi.
“tungguin w donk!”
Di mulai dari hari senin, hubungan persahabatan mereka menjadi canggung. Nggak ada lagi hal kecil yang membuat mereka tertawa, nggak ada lagi bahakan mereka di kantin di kelas dan di antero kampus, nggak ada lagi aufa n dion si frencip neper die…itu julukan anak kampus kepada mereka.
Sepulang dari kampus niatnya aufa ingin menceritakan semuanya pada dion tapi “fa, w cabut duluan yah, mau jemput ami”
‘amiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii terus yang dia urusin, gga ada gitu sisihkan waktu untuk w, kenapa sahabat w gak ada waktu buat dengerin masalah w yang satu ini?’
Saat itu aufa hanya bisa mengiyai untuk membuat dion senang. Lagi-lagi dion tidak ada waktu untuknya. Mungkin memang saatnya dia untuk serba kehilangan. Kehilanga tante yang baik tapi kurang adil, meninggalkan rumah tante yang sudah menerimanya di rumah itu, kehilangan ayahnya, kehilangan ibunya dan kini kehilangan dion. ‘Siapa lagi yang akan ALLAH suruh untuk meninggalkan hamba?’
***

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

coffe break #pilihan


#2

Aufa merasa hatinya telah di hadapi dengan suatu kenyataan yang membuatnya sulit menyadari. ‘sebenernya ada apa dengan hati w?’ gumamnya terus menerus yang tidak mengetahui apa yang membuat perasaanya tidak enak. Mungkin ia merasa seperti ini sejak mendengar cerita dion tadi di kampus. Tapi apa yang menjadi masalah? Kenapa mesti langsung ngerasa sakit di hati? Apa karena cemburu? ‘perasaan dulu w gg pernah deh ngerasain begini waktu dion nyeritain tentang ami.
Flashback:
Toko buku yang mungil dengan interior unik, membuat para remaja tertarik untuk memilih-milih buku sambil menikmati menu minuman yang ada di dalamnya dengan nama-nama minuman yang unik pula. Jus ensiklopedia yang di dalamnya ada campuran seperti jus buah dengan di tambah pemanis berwarna hijau dan coklat cair yang di hias di atas minuman yang di hidangkan dalam gelas berukuran besar. Dan masih banyak lagi menu minuman di dalamnya.
“fa, itu lhoh cewek yang w maksud kemaren. Kalo nggak salah namanya ami” ujar dion saat itu. “tapi kenapa yah kok w degdegannya gag wajar begini”
“ya elo gak pede ama muka lo”
“ih muka w ganteng kok”
Dengan tiba-tiba aufa menghampiri ami dan dion tidak bisa melarangnya karena aufa sudah ada tepat di depan ami yang sedang menyusun buku di rak paling belakang. “hei, kenalin nama w aufa” ujarnya sambil berjabat tangan. Ami masih bingung dengan kedatangan aufa yang tiba-tiba mengajak kenalan “ami” jawabnya ragu. “lo liat deh cowo yang duduk di bangku sonoh noh” tunjuk aufa kepada dion yang semakin salah tingkah ‘sialan’ gumamnya makin kesal dengan kenekatan aufa. Ami mengangguk setelah menemukan siapa cowok yang aufa maksud. “dy tuh naksir berat sama lo. Tapi dia nggak berani ngomongnya ke elo” mi malah ketawa dan nggak tahu mesti respon apa. Dengan cepat dion menghampiri meraka dan menarik jaket aufa untuk bergegas keluar dari tempat kerja ami. Ribuan omelan keluar dari mulut dion. Tapi aufa hanya tertawa geli sambil mengingat tampang bego dion di toko buku tadi. Dari semenjak itu dion jadi jarang nongkrong dan beli buku di situ. Mungkin karena malu atau ada alasan lain yang belom aufa tau.
Ada satu kepuasan setelah dion tidak membicarakan ami. Entah kepuasan apa yang jelas aufa merasa agak sedikit lega dan tenang. Tapi saat itu aufa berfikir rasa leganya karena ia tidak mendengar cerita nggak mengenakan lagi tentang ami. Cerita yang lebih cocok di bilang “cersan” alias cerita membosakan.

“aufaaaaaaaaaaaaaa!” teriak tantenya dari bawah. Aufa tinggal bersama tante dan sepupunya yang umurnya lebih muda 2 tahun darinya. Agak sedikit tidak sopan kepada aufa. Tinggal di rumah tante udah hampir 3 tahun setelah meninggal ibunya. Dan 3 tahun itu membuatnya bener-bener makan hati karena sepupunya selalu melakukan hal semaunya, dan tantenya selalu membela anaknya. Sikap wajar she orang tua membela anak, tapi yang harus di liat adalah siapa yang salah. Aufa lebih merasa tinggal di jaman bawang merah bawang putih. Ia memerankan si cantik bawang putih dan sepupunya bawang merah. Sebenarnya ia bisa sajah lepas dari sarang rumah ini dengan tinggal bersama ayahnya tapi ayahnya sudah terlanjur meninggalkan ibu dan aufa dengan menikah dengan wanita lain dan meninggalkan rumah dari sejak aufaduduk di bangu SMP. Dan sampai sekarang ia pun belom bisa menemukan ayahnya.
“aufaaaaaaaaaaaaaa” ulang tante dengan suara yang lebih lantang dari panggilan pertama.
“apa tanteeeeeeeeee” jawab aufa dengan lantang pula.
“makan malem sini!” ajak tante. Tante sara memang baik tapi logatnya itu yang membuat tante terlihat galak dan selalu membela anaknya yang salah sehingga aufa tidak bisa membela dirinya yang di isengin oleh sepupunya itu. Ia bernama naswa, cewek bongsor dengan kulit gelap membuat naswa bener-bener terlihat seperti peran antagonis di dalam rumah ini.
Di mejamakan aufa lebih berperan diem daripada banyak ngomong. Nggak pernah membuka obrolan pertama. Karena keketusannya bisa membuat naswa sakit hati dan selalu membalasnya dengan sikap nggak sopan. Ngacak-ngacak kasur aufa atau mengoprak ngoprek barang di lemarinya kalo aufa lupa mengunci lemari.
“kenapa perasaan ini makin menjadi…apa ini cinta? Ouh bukan mungkin cuman perasan sesaat…fa lo harus bisa bedain mana cinta mana bukan” ujar niswa di tengah-tengah makan malam mereka.
Dengan sepontan aufa menggebrak meja makan dengan keras sambil menahan amarahnya Ia mengempalkan tangan kirinya siap ingin menonjok ketidak sopanan sepupunya itu. “marah? Gak suka? Siapa suruh naro diary di bawah bantal?” ketus naswa yang terus mengunyah makanan di mulutnya.
“siapa yang suruh baca diary orang?” tegas aufa.
“siapa suruh nggak mau bantuin tugas w”
“udah kalian ribut terus, kamu juga fa, bantu naswa sedikit ajah masa kamu gak bisa?”
‘andai ajah w bisa buka semua kedok naswa, w bakalan bilang kalo dia bukan minta bantuin tapi minta bikinin’ gumamnya yang masih geram.
“dia tuh mah gak tau terimakasih. Tinggal disini geratis makan gerati tapi bantuin ninis ajah gak pernah mau” ucapannya makin lama makin memojokan aufa. Ini bukan yang pertama kalinya tapi sering. Tapi ini menjadi pertama kalinya buku diary di baca orang lain. Bahkas sama orang yang nggak dia suka mungkin aufa lebih terbilang benci kepada naswa.
Ia bergegas meninggalkan meja makan dan membanting tubuhnya di atas kasur. Airmatanya masih tertahan. Ia ambil HP dari dalam celananya. Satu-satunya nomor yang akan dia hubungi adalah dion.
‘sial’ dion tidak mengankat Hpnya samasekali. Cobalagi dan coba lagi sampai 5 kali ia pun diam dan geram ‘dion kemana sih lo?’ saat masalah yang begitu parah baginya tapi dion tidak bisa dihubungi. Ia bingung dan tak tahu harus menghubungi siapa.
Pikirannya kalut dan iapun berpikiran untuk meninggalkan rumah ini. Strategi di buatnya dengan secarik kertas HVS dan pencil ia membuat target kabur dan rencara kedepan. Besok adalah hari sabtu ada waktu sebelom kuliah untuk mencari kerja part time. Selama ini kuliahnya di biayai kampus karena ia menyerahkan surat tidak mampu yang sudah di tandatangani RW setempat. Ia tidak mau menyulitkan tante sara, walaupun kehidupannya berkecukupan suaminya kerja di luar kota dan berpenghasilan cukup besar

menikah dengan wanita lain dan meninggalkan rumah dari sejak aufaduduk di bangu SMP. Dan sampai sekarang ia pun belom bisa menemukan ayahnya.
“aufaaaaaaaaaaaaaa” ulang tante dengan suara yang lebih lantang dari panggilan pertama.
“apa tanteeeeeeeeee” jawab aufa dengan lantang pula.
“makan malem sini!” ajak tante. Tante sara memang baik tapi logatnya itu yang membuat tante terlihat galak dan selalu membela anaknya yang salah sehingga aufa tidak bisa membela dirinya yang di isengin oleh sepupunya itu. Ia bernama naswa, cewek bongsor dengan kulit gelap membuat naswa bener-bener terlihat seperti peran antagonis di dalam rumah ini.
Di mejamakan aufa lebih berperan diem daripada banyak ngomong. Nggak pernah membuka obrolan pertama. Karena keketusannya bisa membuat naswa sakit hati dan selalu membalasnya dengan sikap nggak sopan. Ngacak-ngacak kasur aufa atau mengoprak ngoprek barang di lemarinya kalo aufa lupa mengunci lemari.
“kenapa perasaan ini makin menjadi…apa ini cinta? Ouh bukan mungkin cuman perasan sesaat…fa lo harus bisa bedain mana cinta mana bukan” ujar niswa di tengah-tengah makan malam mereka.
Dengan sepontan aufa menggebrak meja makan dengan keras sambil menahan amarahnya Ia mengempalkan tangan kirinya siap ingin menonjok ketidak sopanan sepupunya itu. “marah? Gak suka? Siapa suruh naro diary di bawah bantal?” ketus naswa yang terus mengunyah makanan di mulutnya.
“siapa yang suruh baca diary orang?” tegas aufa.
“siapa suruh nggak mau bantuin tugas w”
“udah kalian ribut terus, kamu juga fa, bantu naswa sedikit ajah masa kamu gak bisa?”
‘andai ajah w bisa buka semua kedok naswa, w bakalan bilang kalo dia bukan minta bantuin tapi minta bikinin’ gumamnya yang masih geram.
“dia tuh mah gak tau terimakasih. Tinggal disini geratis makan gerati tapi bantuin ninis ajah gak pernah mau” ucapannya makin lama makin memojokan aufa. Ini bukan yang pertama kalinya tapi sering. Tapi ini menjadi pertama kalinya buku diary di baca orang lain. Bahkas sama orang yang nggak dia suka mungkin aufa lebih terbilang benci kepada naswa.
Ia bergegas meninggalkan meja makan dan membanting tubuhnya di atas kasur. Airmatanya masih tertahan. Ia ambil HP dari dalam celananya. Satu-satunya nomor yang akan dia hubungi adalah dion.
‘sial’ dion tidak mengankat Hpnya samasekali. Cobalagi dan coba lagi sampai 5 kali ia pun diam dan geram ‘dion kemana sih lo?’ saat masalah yang begitu parah baginya tapi dion tidak bisa di hubungi. Ia bingung dan tak tahu harus menghubungi siapa.
Pikirannya kalut dan iapun berpikiran untuk meninggalkan rumah ini. Strategi di buatnya dengan secarik kertas HVS dan pencil ia membuat target kabur dan rencara kedepan. Besok adalah hari sabtu ada waktu sebelom kuliah untuk mencari kerja part time. Selama ini kuliahnya di biayai kampus karena ia menyerahkan surat tidak mampu yang sudah di tandatangani RW setempat. Ia tidak mau menyulitkan tante sara, walaupun kehidupannya berkecukupan suaminya kerja di luar kota dan berpenghasilan cukup besar tidak menutup kemungkinan bahwa beliau bisa membiayai kuliah aufa. Tapi aufa ingat bahwa almarhum ibunya selalu berpesan untuk tidak merepotkan tante sara.
Setelah rencana jangka panjang di susun. Ia menyusun lagi tempat kosan mana yang ingin ia tempati, mungkin ia memilih jarak yg deket dr kampusnya dan tidak mengeluarkan ongkos banyak sehingga duitnya awet. Ia hanya mengantongi duit seratus ribu sisa bulanan yang setiap bulannya di kasih tante sara… aufa harus mendapat cara, segimana mungkin duitnya yang ada dikantong harus cukup selama ia belum mendapat pekerjaan.
Hpnya berdering, dering SMS dan itu dari dion. Sempet ia males untuk membacanya karena hatinya sedang tidak mau di ganggu tapi ia penasaran. Ia pengen tahu apa alasan dion tidak mengangkat telponnya.
Dari dion:
Maaf fa w lagi surfei rumahnya ami…biar besok w gak pake nyasar buat ke rumah ami..
‘ami lagi ami lagi, udah lah mungkin dy emang gak harus tahu masalah w. ntar yang ada dy gak jadi ketemuan ama ami’ gumamnya sambil mengambil cooper besar di atas lemari. Cooper yang ia pakai untuk pertama kalinya menginjakan kaki di rumah ini. “dih, mana mungkin juga dion ngorbanin gak ketemu ami cuman buat nemennin w? siapa lo faaaaaaaaaa?’ ejeknya dalam hati. Aufa yakin bahwa dion lebih milih ami di banding sahabatnya.

Naswa, tante dan aufa memegang kunci cadangan masing-masing dan memudahkan aufa untuk keluar dan masuk rumah kapan sajah. Perlahan ia jalan menuju pintu utama rumah sambil menyelipkan surat di bawah vas bunga ruang tengah, yaitu surat terakhir dan ucapan terimakasih kepada tante. Dan di dalamnya ia bongkar semua kekesalan aufa pada naswa. Naswa lebih mengannga aufa sebagai anak pungut di banding mengannggap aufa sepupunya.
“neng!” teguran itu membuatnya hampir saa menjatuhkan tas ransel yang ia jinjing.
“ya ampun mbok, ngagetin ajah…shuuuuuuuuuuut”
“si eneng the mau kemana?” ujar emnbok yang langsung membantunya membawa cooper besar.
“jangan bilang-bilang yah mbok, saya mau pulang kampung, kalo tante tahu kan bisa2 tante minta ikut. Saya pengen sendiri ajah di sana bareng temen-temen dan bibi di sana”
“trus kalo mbok di tanya jawab apa?”
“bilang ajah mbok gak tau apa-apa…ya udah mbok saya pergi dulu.”
“hati-hati neng!”
“doain saya yah mbok” ujar aufa sambil meyium tangan mbok.
“assalamualaikum”
Malam ini bener-bener gak bersahabat. Angin kenceng terlihat mendung tapi untung saja tidak hujan. Di tambah lagi ia mesti menggerek motor bututnya karena kehabisan bensin. Berharap ada mobil losbak yang bisa mengangkutnya dan motornya. Tak diduga 5 menit setelah berharap seperti iitu tiba-tiba mobil losbak sedang menghampirinya. “mau kemana de malem2?” tanya pak sopir yang terlihat setengah baya dan sangat baik ‘mudah-mudahan orang baik’
“mau ke taman bineka pak yang deket kampus jayapura”
“hmmm bareng bapak sajah kalo gituh…kebetulan mau lewat sana. Nggak lewat tepat di kampusnya sih cuman nanti bapak anterin sampai taman bhineka”
‘alhamdulillah’ ribuan syukur ia ucapkan karena GOD telah membantunya lewat perantara bapak baik hati ini…ia tidak harus mengeluarkan duit untuk angkot, tidak cape membawa motornya sepanjang jalan, dan tidak mesti menunggu lama untuk sampai di tempat tujuan. Di pertengahan jalan ia meminta tolong untuk memberentikannya di pombensin.
“kirain bapak motornya rusak” ujar bapak sambil melihat motor bututnya.
‘motor w butut tp gak pernah rusak, maaf yah pak bapak salah’ usilnya dalam hati.
Setelah pengisian ia berpamitan dengan bapak itu di pombensin, dan saatnya aufa melanjutkan perjalannya. Jakarta memang tidak pernah tidur. Jam 1 pagi ajah masi banyak yang nongkrong di pinggir jalan.
Kriuuuuuuuuuuk
Perutnya berbunyi dan mulai merasakan laper. Makan malamnya tertunda karena trageni menyebalkan aufa vs naswa. Ia pun menghentikan perjalananya di jajanan kuliner tengah malam. Sate kelinci, agak ekstrim karena aufa menyukai kelinci dan sekarang ia harus memakan binatang yang dia suka. Kedai makan itu masih terlihat ramai menunjukan bahwa kedainya memiliki masakan yang nikmat. Aufa mengambil meja paling pojok dekat dengan tempat ia menaruh motornya. “mas satu porsi sate plus nasi dan the anget yah mas”
Sambil menunggu makanan ia menatapi motor jadul miliknya. Ntah apa itu mereknya, ntah apa itu jenis dan keluaran tahun berapa intinya dia masih mencintai dan cinta banget dengan motor ini. Motor peninggalan ibunya yang biasa ibunya pakai bila pergi kerja. Sempet ingin menangis melihat sejarah motor itu, tapi mau bagaimana lagi masalalu tidak akan bisa kembali lagi dan untungnya ibu tidak memerlukan motor di surga dan mewariskan satu-satunya warisan berupa motornya pada aufa.
Makanan pun datang, agak sedikit canggung untuk memakannya. Kasihan tapi laper ‘ngapai lah kasihan, song udah gak berbentuk kelinci kok’. Baru saja inigin melahap suapan pertama tiba-tiba seseorang menubruknya dari belakang sampai nasi di seniknya berceeran di meja. ‘sial’ geramnya dalam hati. Ingin marah tapi dia urungkan karena dia tahu orang itu pasti tidak sengaja. ‘sabar sabar’

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

coffe break



#1
Persahabatan memang segalanya. Bahkan lebih banyak mendengarkan kata-kata sahabat di banding orang tua. Sedikit terlihat kurang baik tapi begitulah kedekatan seorang sahabat. Banyak yang bilang sahabat ya sahabat, cinta jangan di satukan dalam persahabatan karena bisa berakibat buru. Mungkin mereka yang mengatakan itu adalah mereka yang mengalami hal buruk tentang cinta dalam persahabatan. Coba kita bisa lihat dari dua kondisi yang berbeda, ternyata ada juga yang nyaman-nyaman ajah ngejalani cinta dalam persahabatan. “aufa!” panggil dion cowo yang berlali menghampiri aufa di kantin. Aufa cewek cuek yang serba acak-acakan ini memang di segani oleh kalangan teman-temannya. Aufa cuman punya satu teman dekat yaitu dion. Aufa ketus dan selalu bikin teman-teman sekitarnya marah dan nggak mau berteman dengannya. Ditambah lagi sikapnya yang cuek dan agak galak terutama pada kaum laki-laki, yang membuat dirinya tidak masuk dalam cewek yang di lirik cowo-cowok keren di kampus. Tapi kedekatannya dengan dion cukup mengangkat namanya. Karena dion adalah salah satu dari deretan cowo keren di antero kampus. Banyak para cewek gengster genit berdatangan pada aufa dan berpura-pura akrab dengannya hanya untuk mencari tahu apa sajah tentang dion. “berisik ajah nih kerjaannya!” timpal aufa sambil mencubil lengan dion. Cubit, jitak, mukul-mukul kecil adalah kebiasaan mereka setiap di awal pertemuan. Kedekatan mereka di awali saat UAS semester 2 yang mengharuskan dion satu kelompok dengan aufa. Awalnya ia ragu dan berpikir yang tidak-tidak tentang aufa “gila bisa-bisa bukannya tugas selesai malah badan w selesai bonyok di tonjokin reman kampus kaya dia” ujarnya saat itu saat mengetahui bahwa ia satu kelompok. Tapi kenyatannya lain, aufa tidak segalak dan seburuk yang dion kira. Ternyata benar “don’t look a book just from the cover”. Emenjak itulah mereka dekat sampai sekarang, kurang lebih udah 2 tahun berteman deket. Padahal banyak yang mengakui bahwa aufa manis dan cantik. Tapi dia kurang ditata di dukung dengan sikapnya yang acuh, sangar, jutek, dan terlihat tidak bersahabat membuat para laki-laki memikir ribuan kali untuk mendekatinya. “ya elaaaaaaaah kebiasaan deh. Kalo udah makan mie ayam paling gak bisa di ganggu” ledek dion sambil merebut jus jeruk milik aufa. ‘kebiasaan’ gumam aufa kesel melihat kebiasaan sahabatnya yang selalu menghabiskan jus jeruk milik aufa. “udah dong nyedotnya! Mentang-mentang w diemin malah ke-enakan” ujar aufa sambil menarik paksa gelas jus itu. “orang pelit kuburannya sempit lhoh” “siapa suruh mesen kuburan yang sempit?” ketusnya yang masih terus mengunyah mie ayam, dion hanya melengos sambil memukuli lengan aufa. “eh iya ada apa tadi sok histeris manggil w?” ia melahap lagi satu sendok mie ayam “muka lo ga usah mesam mesum deh, jijik w liatnya” “hmmm gini nih sahabat yang ga setiakawan. Temen lagi seneng malah di bilang menjijikan..huw payah” “iye-iye, jangan ileran gitu dong!! Hahahahahah, ada apa?” “gini lho, inget nggak cewe yang waktu itu pernah w taksir?” “…” aufa tak berkomentar. “fa, nyimak w kek!” “iye w nyimak” “coba tadi w ngomong apa?” “dengerin nih ‘begini lhoh, inget nggak lo, cewek yang waktu itu pernah w taksir?’ cewek penjaga toko buku deket kampus kan? Inget lah w. kan yang nyeplosi klo loe suka dy ituh kan w hahahahahahaha. Trus lo salting sampe kepentok pintu kaca toko kaset. Dari situ kita jadi gak pernah ke toko itu lagi…hahahahhahaha” “seneng deh lo ngebunuh karakter w..seneng?” “ye ngambek, ya udah cepet atuh cerita, ada apa dengan si cewe itu?” Dion diam sambil nhyengir-nyengir nggak jelas. Mungkin di otaknya sedang menggambarkan yang indah-indah dirinya dengan si cewe penjaga toko buku itu. Cewe itu bernama ami. Imut, cantik, dan baru kali itu aufa melihat dion jatuh cinta pada wanita “normal nih anak” ketusnya waktu itu saat aufa tau tentang isi hati dion pada ami. “ternyata fa, dia tuh anak adenya temen tante w” “tunggu! Anak temennya tante elo?” aufa mengambil kertas dan pensil dari dalam tasnya. Dion tidak mengerti dengan reaksi aufa yang berkesan bahwa cerita dion harus di catat. “anak adenya tante lo?” ulangnya sambil membuat skema silsilah keluarga. “ini anak nih, yang jadi anak si ami kan” ujarnya sambil menggambar kepala cewe “tante lo punya temen nih yah, nah teruuuus…” “Temen tante w punya ade. Nah anaknya ya si ami itu” lanjut dion geregetan dengan kelolaan aufa yang udah setadium akud. “ouh, trus apa inti dari cerita itu yang bikin lo senyum-senyum gak jelas dr tadi?” “kemaren ada acara arisan tante w dan temen-temennya. Dan temennya tante w bawa si ami ke arisan itu.” “arisannya di rumah lo?” “bukan, di rumah tante w lah, tapi w tau pas w liat poto-poto tante w di hape. Ternyata di antara tante-tante ada nyelip wanita cantik. W teliti-teliti, ituh ternyata ami fa AMIIIIIIIIIIIIIIIIIIII” ujarnya sambil mencubiti pipi aufa yang sedikit chubby. “w sama dy jodoh kali yah…udah hampir setahun gag ketemu, tapi di pertemukan lagi dengan cara yang unik” “unik? Unik dari mananya? Berlebihan ah lo” “rencananya, malam minggu ini w mau ke rumahnya” “berani lo? Biasanya juga grogi” “beranilah, dan w harus berani” Mungkin ami memang cinta pertamanya, karena aufa belom pernah mendengan dion menceritakan tentang cewek yang ia taksir ataupun mantan-mantan dion. Cewek yang selalu dion ceritakan hanya 2 yaitu ibu dan adik kesayangannya. “emang lo tahu rumahnya ami dimana? Ngobrol ajah belom pernah” “yeeeeeeeeeeee jangan salah, w udah dapet informasi akurat dari tante w. dy ngasih tau alamatnya lengkap dengan Rt Rw nya.” “ouh” responnya datar. “ah gitu dowang responya…seneng kek, apalah gitu” “jingkrak-jingkrakan? Trus mukulin lo sampe babakbelur?” “y enggak segitunya lah beibh” Beibh adalah panggilan kesayangan mereka. Terkesan berlebihan seperti sepasang kekasih tapi mereka sudah terbiasa. Panggilan itu buat mereka adalah bukti mereka saling sayang. Bukan buat mereka sih tapi ini pendapat dion. “iya iya, w seneng kalo loe seneng” ujar aufa tapi hatinya agak merasa berat hati untuk ungkapi statemen ‘w bakal seneng kalo loe seneng’ agak gimana gitu, terasa kurang ikhlas, Entahlah. “eh malem minggu w sendirian dnk?” “heheh iya deh w absen sama lo yah. W mau ketemu istri muda” “sialan lo w jadi istri tua. Jadi istri lo juga ogah w” “hmmm dalem hati mah lo suka kan ama w? ngaku?” ejek dion sambil menyipratinya dengan jus jeruk dari ujung sedotan. “najeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeees” ujarnya sambil mengejar dion yang lari duluan menuju kelas. “DIOOOOOOOOOOOON awas lo yah” Becandaan mereka, keakraban mereka dan smua yang mereka berdua lakuin kadang membuat para cewe di kampus iri. Iri karena mereka tidak bisa sedekat dan seakrab aufa.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

GUE

GUE
apa ajah d jepret

1/2 puzzle

1/2 puzzle
sobat2 ku

this one or that one

this one or that one
ghita

gita dan benerannya

gita dan benerannya
naiz