Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

coffe break #kehilangan

#3
Setidaknya malam minggu ini ia bisa bertemu dion dan menceritakan semua masalahnya kemarin tapi sepertinya dion lebih memilih ami dibanding dirinya. Seharian dion smsan dengan aufa tapi aufa tidak mau buka mulut tentang masalahnya. Ia hanya ingin bertemu dion dan menceritakannya secara langsung. Tapi nihil sms dion menceritakan deg degannya dia ingin bertemu ami, rencana apa yang inigin ia bicarakan kepada ami nantinya, dan berbagai macam tentang bahagianya malam mingguan bersama ami. Hati aufa makin sakit. Masalah nya mulai bertumpuk di hati. Napasnya sesak dan airmata masih saja ia tahan. Cewek yang cukup tegar dan tidak gampang mengeluarkan air mata. Karena sudah banyak airmata yang ia habiskan. Saat ia tahu ayahnya selingkuh dan sering bertengkar dengan ibu, saat ayahnya memutuskan untuk memilih pergi dengan istri muda dari pada menjaga ibu dan aufa, dan saat mengetahui ibunya di fonis liver stadium akud dan meninggal setelah 1 minggu di ketahui penyakitnya.
Ia habiskan harinya penuh di kosan sambil menunggu panggilan dari salah satu resto mungil di jakarta. Ia melamar kerja di sana. 1 jam 2 jam 3 jam bahkan berjam-jam sampai larut malam ia habiskan dengan mendengarkan musik yang memutar lagu kesukaannya sambil menghayal tentang keterimanya ia bekerja. Memikirkan barang apa yang ingin ia beli dan meneraktir dion pada gajih pertamanya.
Jam menunjukan pukul 23:55 wib, aufa masih sayup-sayup menahan ngantuknya. Di tengah-tengah ketidurannya ia bermimpi bahwa ia berhenti kuliah. Cepat-cepat ia bangun ‘klo w berenti kuliah gimana yah?’ sempat terbesit di otaknya keinginan untuk berhenti dan bener-bener bekerja tetap untuk kebutuhan hidup yang sebatang kara ini.
Triiiinit
Dari : dion
Faaaaa senengnya hati w…malmingan bareng ami

Ia pun segera membales dengan setengah hati
Dari : ufa
Ooo
Dion cemberut melihat tanggapan sahabatnya yang membuatnya geregetan

Dari : dion
Gitu dowang?

Dari : ufa
Iye w seneng kok…terus kapan jadiannya?
‘sial kenapa w nanyain itu…bukannya jawabannya bikin w…akhhhhhhhhhhhh tau ah’ gumamnya menyalahkan jarinya yang mengetik seperti itu.

Dari : dion
Sabar lah sob..rencananya besok w mau ngajak dia jalan, dan w mau nembak dy…kecepetan sih. Tp dari pada di rebut orang duluan mendingan tindak cepat.


Aufa gak tahu lagi mau balas apa. Karena hari-harinya bersama dion akan hilang setelah dion mendapati ami. Malam minggu yang biasanya ia berdua dan ngabisin malam minggu di tempat-tempat kuliner. Dan hari minggu biasanya mereka ngabisin minggu bareng-bareng mungkin setelah besok ggak ada lagi istilah “malsob” (malam sobat) gak adalagi weekend bareng dion.
***

Senin yang membosankan, aufa berjalan gontai di koridor kampus. Dan tiba-tiba seseorang memukul pundaknya dari belakang. Dion, yah dion yang selalu membuat kejutan di pagi hari perkuliahan. Wajahnya sangat memancarkan kesenangan karena dari semalam ia meng SMSi aufa bahwa ia sedang gembira. Aufa menduga bahwa mereka sudah jadian dan pasti sudah jadian.
“tau gag lo fa?”
“udah jadian?
“ya ampun faaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa, indra ke-enem lo belajar dari siapa she? Pinter banget sobat w ini” ujarnya girang sambil mencubuti pipi aufa.
“sakit!” teriak aufa sambil menghindar dr cubitan dion.
“wuih…semalem itu yah #%$^&*(*)(^&&$” dion menceritakan panjang lebar adegan menegangkan dion dan ami,,,perjuangan dion menembak ami dan sebagainya. Tapi aufa hanya sedikit memerhatikan cerita dion, mungkin lebih tepatnya aufa tidak merespon. Aufa diam dan tidak menyadari bahwa dion mengakhiri ceritanya dengan tertawa.
“lhoh…tuh kan nggak nyimak” seru dion yang langsung kaget melihat air mata jatuh di pipi aufa…”kok nangis?”
“hah? Nggak kok w cuman bahagia ajah”
“bahagia kenapa lo”
‘bahagia karena tuhan udah memeberi jawabannya, jawaban atas semua pertanyaan w tentang perasaan lo ke w, apa lo merasakan hal yang sama ke w? ternyata hanya rasa kepedean w yang ngerasa bahwa lo sayang dan cinta sama w, ngerasa bahwa ami hanya perantara untuk mancing w cemburu, tp rasa kepedean w salah. Ternyata lo bener2 cinta sama ami…tuhaaaaaan tegarkan hamba jika memang dia bukan untuk hamba’ gumamnya. “eh dy bengong” lanjut dion yang tidak mendapatkan jawaban aufa.
“w nangis bahagia kale…”
“bahagia karena?”
“karena sobat w yang bernama dion akhirnya laku juga” aufa mengacak-ngacak rambutnya dan bergegas jalan mendahului dion sambil menahan air matanya lagi.
“tungguin w donk!”
Di mulai dari hari senin, hubungan persahabatan mereka menjadi canggung. Nggak ada lagi hal kecil yang membuat mereka tertawa, nggak ada lagi bahakan mereka di kantin di kelas dan di antero kampus, nggak ada lagi aufa n dion si frencip neper die…itu julukan anak kampus kepada mereka.
Sepulang dari kampus niatnya aufa ingin menceritakan semuanya pada dion tapi “fa, w cabut duluan yah, mau jemput ami”
‘amiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii terus yang dia urusin, gga ada gitu sisihkan waktu untuk w, kenapa sahabat w gak ada waktu buat dengerin masalah w yang satu ini?’
Saat itu aufa hanya bisa mengiyai untuk membuat dion senang. Lagi-lagi dion tidak ada waktu untuknya. Mungkin memang saatnya dia untuk serba kehilangan. Kehilanga tante yang baik tapi kurang adil, meninggalkan rumah tante yang sudah menerimanya di rumah itu, kehilangan ayahnya, kehilangan ibunya dan kini kehilangan dion. ‘Siapa lagi yang akan ALLAH suruh untuk meninggalkan hamba?’
***

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar

GUE

GUE
apa ajah d jepret

1/2 puzzle

1/2 puzzle
sobat2 ku

this one or that one

this one or that one
ghita

gita dan benerannya

gita dan benerannya
naiz